Tuesday, May 15, 2012

Nasib Si Burung Besi yang Tragis


JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memastikan adanya awan Cumulus Nimbus saat pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh di kawasan Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

"Data satelit MTSAT menunjukan bahwa di Gunung Salak terdapat awan Cumulus Nimbus yang tebal dan aktif pada saat pesawat melintas," kata Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lapan, Thomas Djamaluddin di kantornya, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (15/5/2012).



Menurut Thomas, dasar awan tersebut berada pada ketinggian 2.000 kaki dan puncak awan berada pada ketinggian 11.231 Kilometer atau 37.436 kaki.

"Menaikkan pesawat untuk mengatasi awan mungkin dianggap terlalu tinggi, dari 10.000 kaki dan harus terbang melebihi 37.000 kaki. Pilihan minta izin menurunkan 6.000 kaki mungkin juga didasarkan pertimbangan ada sedikit celah yang terlihat di bawah, tetapi terlambat memperhitungkan resiko yang lebih fatal dengan topografi yang bergunung-gunung," paparnya.

Thomas mengatakan, ada intrepretasi yang berbeda antara Lapan dengan BMKG. Menurut BMKG, pada saat itu ada awan cumolonimbus di sekitar lokasi.

"Antara pukul 14.00 WIB dan 15.00 WIB, pesawat itu hilang dan terdeteksi awan di Gunung Salak. Secara umum datanya sama waktu kejadian ada awan di Gunung Salak," ujarnya.

Dijelaskan Thomas, jika ada awan Cumolonimbus, sebaiknya pilot harus menghindari awan tersebut. "Informasi untuk menjadi pemahaman masyarakat terkait kondisi lingkungan saat itu. Belum tentu juga awan tersebut membahayakan dan menjadi keputusan pilot untuk menurunkan ketinggian," tutupnya.
(ded)

Sumber : www.okezone.com

No comments :

Post a Comment